Lukas 14:34-35 “Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar”
Apa gunanya kita- sebagai rekan sekerja Allah, jika kita menjadi tawar? Kita tidak memiliki makna. Sebagai garam dunia, kita memiliki fungsi yang paling berdampak. Apa fungsi garam?
1. Memberi rasa
Saat anda merasa teramat sangat lapar, dan membuka tudung saji di meja makan terlihat aneka makanan yang terlihat sedap, sup ayam, gulai, ayam bakar,telur goreng, nasi goreng, apa yang akan anda segera lakukan? Mengambil piring dan segera menyantapnya bukan? Tapi, apakah anda akan meneruskan melahap makanan itu jika rasanya hambar karena tidak dibubuhi garam? Kebanyakan orang akan menghentikan makan mereka dan mencari makanan baru yang memuaskan rasa laparnya. Itulah tugas garam, memberi rasa. Namun, garam pun harus melarut. Meskipun bongkahan garam dimasukan ke dalam masakan, masakan itu tetap tidak enak, karena hanya sebagian yang asin – bahkan teramat asin, dan sebagian lagi tetap tawar. Seperti itulah tugas kita sebagai garam, harus melarut. Tidak hanya menceritakan kebaikan Tuhan dalam komunitas kita saja, tidak kepada keluarga kita atau kepada kaum miskin/kaya. Kita harus melarut, keseluruh pelosok dan bidang. Agar mereka mendapat rasa yang sama. Seperti sayur pare dan lobak memiliki rasa yang pahit dan sepat, jika direndam dengan air garam (garam yang sudah melarut) dengan air) dapat mengurangi rasa pahit dan sepat tersebut.
2. Mencegah kebusukan
Dari informasi mengenai garam dikatakan bahwa fungsi lain dari garam adalah mencegah kebusukan. Jaman dulu orang-orang belum memiliki sistem pembuangan seperti sekarang ini. Jadi, bila mereka hendak buang air besar, mereka menggali tanah, beberapa centimeter lalu menimbunnya dengan tanah. Bayangkan, jika kotoran itu terinjak oleh yang lewat ??? Sistem sanitasi yang buruk, menyebabkan penyakit diare mudah menyerang manusia dan salah satu penyakit yang paling ditakutkan saat perang. Salah seorang rekan bercerita kenapa bangsa ISRAEL bisa terhindar dari penyakit ini karena mereka menaburkan garam di atas kotoran mereka. Kotoran itu akan mongering dan tidak menyebarkan bibit penyakit.
Jika kita ingat bagaimana generasi saat ini, kemunafikan, ketidakpedulian, kejahatan, lupa akan kasih terasa sangat kental. Kita harus menutupi kebusukan itu dengan menjadi garam. Menutupi agar penyakit tidak tersebar.
3. Mengawetkan
Garam juga berfungsi sebagai pengawet, karena garam mampu membunuh bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan demikian garam mampu membantu membunuh dosa-dosa manusia dan menghambat pertumbuhan dosa tersebut.
Sudahkah kita berfungsi layaknya garam yang benar?
Matius 15:13 “ kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”
Alkitab jelas mengatakan bahwa kita adalah garam dunia, itu berarti kita memang garam dunia, bukan “kamu akan menjadi garam dunia jika….” atau “kamu bisa menjadi garam dunia saat kamu melakukan ….” Kita sudah ditetapkan Allah menjadi garam dunia, tidak peduli bagaimana latarbelakang kita, sejak dibentuk kita, manusia, anak-anak Allah = GARAM DUNIA, pemberi rasa, pencegah kebusukan dan pengawet bagi dunia.
Sekarang tinggal respon kita, apakah kita mau memberi dampak yang baik kepada generasi kita atau menutup mata telinga kita akan kebusukan yang sedang menggerogoti generasi ini. Generasi ada ditangan kita, maukah kita menjadi seorang father/mother yang membimbing generasi dengan tujuan kebusukan generasi itu terbunuh oleh garam-garamnya Allah? Ataukah membiarkan generasi ini membusuk sampai akhir? Jika pilihan ke-2 yang kita ambil, sepertinya kita sudah tidak bisa lagi menikmati makanan enak, karena tidak akan ada lagi rasa untuk makanan kita. Karena garam itu menjadi tawar.
Jadilah garam-garamnya Allah yang berdampak bagi dunia dengan cara melarut kepada lingkungan sehingga rasa itu tersebar sama rata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar