About Me

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Take the way you want and kick the threat. Running with full speed like a deer. And loud of laugh!

Jumat, 10 Februari 2012

PENDAMPING

Haris terdiam, bukan karena tidak bisa menjawab namun tidak ada kata yang bisa diucapkan. Pernikahannya gagal.

Pernikahan merupakan sebuah ikatan janji antara pria dan wanita untuk hidup bersama sampai ajal menjemput. Oleh sebab itu pernikahan seharusnya hanya terjadi 1 kali seumur hidup untuk tiap pribadi. Beberapa tahun terakhir ini gue banyak belajar dari orang-orang sekeliling gue yang sudah menjalani masa saling mengenal lawan jenis (Red: Pacaran) dalam kurun waktu yang tidak sebentar namun harus berakhir tanpa pernikahan. Sering dari mereka yang sudah berpacaran lama dan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan itu, berakhir happy ending menikah dengan "dia" yang belum dikenal lama.

Faktor dari kegagalan menjelang pernikahan biasanya memaksakan sesuatu yang dari awal sudah diketahui tidak bisa dijalankan. Contoh: Perbedaan agama, perbedaan suku-suku tertentu, perbedaan kondisi yang agak sulit untuk dijalankan. Misalnya sifat yang saling berbenturan, keluarga yang tidak setuju atau alasan lainnya. Mungkin 1 hal lagi, DANA yang biasannya menjadi pertimbangan dalam pernikahan.

Pernikahan bukan sesuatu yang mudah, tapi perlu pemikiran sederhana. Bisa mempertanggung jawabkan atas keputusan yang akan diambil and go head. Sisanya pengaturan Tuhan. Anak, rejeki bahkan kebahagiaan itu semua hadiah dari Tuhan.

Beberapa pelajaran mengenai pernikahan yang bisa gue ambil dari 2 orang terdekat gue itu seperti perbedaan agama. Dari awal sudah tau gak akan bisa berlajut di pernikahan tapi gak berani memutuskan hubungan sampai berlarut-larut, alhasil deadline menjemput tapi pribasi dalam kondisi pemulihan. Akhirnya lewat batas waktu.

Atau kejadian dimana sesuatu hal yang sepertinya sepele namun fatal, komunikasi yang buruk. Menunda menyampaikan ketidaksiapan pernikahan karena faktor A,B,C yang menyebabkan kegagalan pernikahan. Seperti: dana belum mencukupi. Ironis jika hanya hal seperti ini memecahkan 2 keluarga yang harusnya bersatu.

Life is a choice. Happy or cry is a choice. Then, Marriage is a choice.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar