Aku masih berjalan mencari lorong untuk keluar dari labirin ini. Aku diputar dan diputar ditempat yang sama. Aku merasa bosan untuk berjalan ditempat, aku lelah, malas, muak untuk ini semua. Perasaan ini menganggap semua ini sia-sia, kebahagian yang kurasa percuma dan tidak berguna.
Saat itu umur ku sekitar 19 tahun, aku masih menjajaki akhir semester di kampus. Hidup ku tidak buruk, semua berjalan dengan baik. Keluarga ku baik-baik saja, aku tidak kekurangan dalam keuangan. Uang kuliah ku selalu diselesaikan tepat waktu. Aku tidak terjerumus dalam pergaulan buruk, teman ku baik-baik saja. Tidak perlu aku menutup muka untuk nilai akademis ku.
Tapi entah mengapa aku merasa kosong.
Senyum, tawa, canda, air mata yang ku rasa, sepertinya itu omong kosong.
Tidak ada sesuatu yang berarti.
Aku tergerak untuk mencari tempat dimana aku bisa keluar dari kotak kecil ini. Semakin aku mencari, semakin aku ingin bermain sepuasnya.
Saat itu, saat dimana aku hampir ditarik gelombang, aku dipertemukan oleh sebuah komunitas kecil, hanya terdiri dari beberapa orang. Berbeda sekali dengan tempat dimana aku dan keluarga ku bergereja. Gereja yang besar dengan kuantitas yang tak terhitung dengan kasat mata.
Komunitas itu terdiri dari beberapa orang yang hancur hati, kehidupannya yang bisa dianggap sampah oleh orang lain. Ada pemakai narkoba, jatuh dalam dosa perzinahan, keluarga yang berantakan, pergaulan bebas, penyembahan berhala, dll. aku melihat dengan jelas, sampah-sampah itu di tampung. Komunitas itu menerima sehancur apapun hati mereka.
Aku masuk dalam katagori itu, aku dibelai dan dimandikan dari lumpur. Perlahan aku diberikan bubur yang hangat, perut ku yang kelaparan terasa hangat. Aku mulai kenyang, dan mudah lapar jika diberikan bubur. Sesaat kemudian, makanan ku diganti menjadi nasi, lebih keras. Aku berusaha untuk mengunyahnya, lebih lama, namun tenaga ku semakin kuat.
Seperti itulah yang kurasakan. Aku diberi asupan rohani, dari yang ringan terlebih dahulu, aku dibantu untuk mengalami pemulihan dengan BAPA, diajarkan untuk berdamai dengan diri ku sendiri. Setelah otot rohani ku mulai menguat, aku diberikan asupan agak keras. Semakin hari, semakin sering aku bertemu dengan komunitas ini, semakin aku sering berkomunikasi dengan BAPA, semakin aku diberkati.
Aku bersyukur Tuhan pertemukan aku dengan komunitas ini. Dimana setiap bagian mau berusaha untuk melupakan kepentingan mereka dan berpikir kebutuhan remaja disekeliling mereka. Mau membayar harga untuk memberkati. Dan aku tau, semakin kita memberkati semakin Tuhan melipatgandakan untuk diberkati.
Komunitas ini memberkati dan diberkati luar biasa. Dari segelintir orang, tahun demi tahun, Tuhan berkati dengan kesetiaan pekerja, serta banyak yang hancur hati berubah menjadi sukacita.
Terima kasih Tuhan, aku mau terus bersama mu, dimana pun aku ditempatkan. Aku mau menjadi saluran berkat mu. Aku mau menjadi Extraordinary Place, bersama komunitas MU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar